Home

IPv6 6rd Tunnel Concept and Configuration

4 Comments

Ahhh… its good to be back…

Assalamu’alaikum brothers and sisters, sory beberapa bulan ga nge-blog, biasa… (sok) sibuk

——————–

Straight to the point… ini makhluk apalagi 6rd (rapid deployment) Tunnel??

Prerequisite:

1. Ngerti 6to4 Tunneling Concept and Configuration

2. ga ngerti 6to4?…belajar IPv6 Stateless and Statefull Configuration, IPv6 Concept, IPv6 Tunnel dulu aja

———————

The Concept

Mudahnya… 6rd tunnel ini upgrade dari 6to4 tunnel (masih ada turunan), why? Kenapa memang dengan 6to4 tunnel? Karena:

1. get rid of 6to4 biggest weakness… the mandatory of using 2002::/16 prefix

2. all customer ip tunnel given by ISP (jadi sistem tunnelnya stateless autoconfig), artinya…bisa QoS, Security juga terjaga, dll

———————–

The Configuration

R1-BR (bertindak sebagai BORDER-RELAY), R2 dan R3 tinggal nerima IP tunnel dari R1

Configurasi di R1

Dan ditambahin static route buat konek antar tunnel

Configurasi di R2 & R3

Untuk ke network dengan prefix 2019:abcd:: …diarahkan ke tunnel0

Tapi untuk selain itu…arahkan ke 2019:abcd:1:: (ini ip-tunnelnya R1-BR), yang mana…ip 2019:abcd:1:: sudah automatically configured (how?…next chapter below)

—————

Wait wait wait… maksudnya “br” apa? maksudnya “prefix-len” apa? maksudnya “6RD_PREFIX” apa? pelan2 mas bro

The Explanation

Untuk membuat 6rd tunnel bekerja…kita butuh 3 hal

1. IPv6 General Prefix
makanya kita nulis “ipv6 general-prefix [NAMA_PREFIX] …“, karena sifatnya yang stateless alias minta domain (baca: ip prefix) dari tempat lain, trus dipasang dengan local addressnya (remember EUI-64)

2. IPv4 Address yang dimasukkan ke IPv6 Address
ini sama persis metodenya kek 6to4 Tunnel

3. CE (Customer Edge) dan BR (Border Relay) Router
sebenernya tanpa BR bisa…klo intention kita mau konek antar CE network (contoh konek ke 2019:abcd::/32 network)
tapi klo kita mau konek keluar dari network tunnel tersebut, kita butuh BR (contoh konek ke 2019:1::1)
keywordnya “br” di router2 CE

Karena 6rd tunnel butuh ipv4 prefix…kita harus specify “prefix-length“-nya (dalam case ini /16)

/16 (dari 32bit ipv4 address) itu berarti…ignore 16 bit pertama, yang 16 bit selanjutnya buat ditambahin/di-embed ke IPv6 address

Prefix dari ipv6 6rd tunnelnya juga kita harus definisikan (dalam case ini “prefix 2019:abcd::/32“), alias…itu ipv4 prefix-length yang kita setting sebelumnya, akan dimasukkin after 2019:abcd::/32

How we convert ipv4 (decimal) ke ipv6 (hexa)???…that why you need to learn 6to4 first, ada caranya disitu

Ip R1 yang 2019:abcd:1:: itu juga didapat dengan cara seperti itu

Klo ipnya bukan 172.16.0.1 gimana? Klo ip-nya 172.16.192.225? atau ip2 lain?

…learn 6to4, learn how to convert decimal to hexa, klo udah ngerti… metode inject prefix ini mudah

———————–

Verifikasi

R2 dapet ip tunnel anycast

Status tunnel operational, prefixnya dapet, border-relay nya dapet

Status “show tunnel 6rd” di R1

Tes ping ke masing2 loopback

Yang lupa gue tambahin disini….

WIRESHARK…dan SPAN, buat ngeliat alur traffic

Plus…Mikrotik seems not supported 6rd until this date (possible if using script)

And last but not least

.

.

.

.

.

.

.

#2019PrabowoSandi

——————–

References:

https://networklessons.com/cisco/ccie-routing-switching-written/ipv6-6rd-rapid-deployment/

https://www.cisco.com/c/en/us/products/collateral/ios-nx-os-software/enterprise-ipv6-solution/whitepaper_c11-665758.html

http://ip-hamsterviel.blogspot.com/2012/06/world-of-6rd-configuring-6rd-in-cisco.html

https://www.youtube.com/watch?v=QyFRoxBbCHo

https://www.youtube.com/watch?v=sL-8-HVS7s0

https://forum.mikrotik.com/viewtopic.php?t=64861

https://forum.mikrotik.com/viewtopic.php?f=9&t=134621

ROUTING in a Nutshell

3 Comments

Berawal dari request temen gw…yang belum paham betul tentang routing protocol, so I made this article

———————————————————-

Alkisah…ada 3 Router: Router A, Router B, dan Router C

Masing2 router punya hapalan (rute) klo mau jalan ke bandung lewat mana (interface/physical port) …klo mau jalan ke Jakarta lewat mana

Tapi ketika router A mau pergi ke jalan Y atau ke Router C…there is a problem…

So…Router pada dasarnya hanya tau network2 yang hanya terhubung langsung dengannya, klo yang tidak terhubung langsung maka mereka butuh bantuan dan uluran tangan kita…masih banyak anak2 terlantar yang harus kita tolong *ngaco blas*

Nah, oleh karena itu ada beberapa metode routing yang bisa dipakai:

  • Static Routing
  • Dynamic Distance Vector Routing Protocol
  • Dynamic Link-State Routing Protocol
  • Path-Vector Protocol (khusus yang punya ilmu kanuragan tingkat tinggi)
  • Multicast (ini juga harus punya ilmu kanuragan tinggi, ga dibahas disini…klik link nya aja)

And lets explain them briefly one by one

——————————————————–

Static

Singkatnya…router2 ini disuruh “menghapal” apa yang diperintahkan oleh tuannya (Network Admin/Engineer)

————————————————————–

Dynamic Distance Vector

Wkwkwk, pertama kali mereka akan “kenalan” satu sama lain, yang namanya kenalan pasti pake Bahasa sama, nanti ga nyambung.

Setelah kenalan baru deh tuker2an rute…

Contoh protocol Distance Vector adalah RIP (Routing Information Protocol), Special mention adalah EIGRP (yang akan kita bahas belakangan) yang juga termasuk dalam jenis Distance Vector Protocol

———————————————————-

Dynamic Link State

Lets take a look again at Distance Vector picture above…si Router A bilang “oh, klo mau ke Y dan Z tinggal minta ama router B“. si Router A dan Router C tidak pernah saling mengenal satu sama lain

This is called “Routing by Rumors“, beda dengan Link State…

This is called Flooding, jadi semua Router akan mengenal satu sama lain

Dan disini pula permasalahan link-state (klo lu pake router tipe lama), akan sangat berat (makan process dan RAM) klo satu area ada beberapa puluh router

Lu bayangin aja…

lu masuk ruangan pesta ulang tahun, lu cuma kenal temen lu yang ulang tahun, trus lu mesti kenalan satu-satu sama temennya temen lu trus apalin muka sama namanya

Contoh protocol link-state adalah OSPF (Open Shortest Path First)
dan IS-IS (intermediate system-to-intermediate system)

Perbedaan kedua hewan ini adalah:

  • OSPF dibentuk dengan metode TCP/IP, IS-IS dengan metode OSI
  • So, OSPF heavily reliant on IP (ganti versi IP, OSPF-nya juga ganti)
  • IS-IS ga perduli dengan IP, yang di routing adalah mac-address (lets say it that way)
  • Algorithma IS-IS ini dipake di Data Center buat load-balancing Layer 2 (switch biasa kaga bisa, nanti ada looping, makanya ada STP)

Persamaannya, konsep isolasi area yang tidak ditemukan di Distance Vector, bayangin klo ada router yang link-nya “flapping” (idup-mati terus), seperti dibawah ini

Klo ada area, update dan singkronisasinya hanya per-area saja

Dalam OSPF, ada beberapa konsep Area (klo di IS-IS sistemnya “level”, level 1 dan level 2):

  • Backbone Area alias Area 0: wajib kudu harus mesti…semua area lain (contoh area 1 mau konek ke area 2) harus konek ke backbone area dulu

    contoh dari firewall.cx

  • Normal Area: area lain selain area 0
  • Stub Area: normal area yang ga ada “sambungan”nya lagi..

    Area 11 adalah contoh stub, karena “dibelakang” area 11 ga ada sambungan ke area lain (AREA loh ya…bukan router lain dalam satu area)

    Trus klo ada sambungan jadi gimana? Bukannya point pertama…semua harus konek ke backbone dulu baru bisa konek?

    Contoh…area 2 konek ke area 1, ga langsung ke area 0 (backbone)

    Virtual-link adalah teknologi semacam “tunneling” khusus OSPF

  • NSSA Area: klo ada area stub, tapi dibelakangnya ada area lain, BUT…area tsb. bukan OSPF

    Jadi, klo lu liat gambar diatas, lu pengen area 2 dibikin Stub, cuma ga stub2 amat *hah?*, masi ada external link kesono…makanya namanya NSSA (Not-so-stubby area)

Nah, disitu kita liat ada ABR dan ASBR, apaan sih itu

  • ABR (Area Boundary Router): Router OSPF yang satu “kaki”nya konek ke area A, satunya lagi konek ke area lain (contoh diatas)
  • ASBR (Autonomous System Boundary Router): bedanya dengan ABR adalah, satu kakinya bukan ke OSPF, tapi ke external link (RIP, EIGRP, Static, dll)

Nah, untuk Router OSPF bisa mengetahui mana yang area 0, mana yang stub, mana yang NSSA, dll…diperlukanlah LSA (Link State Advertisement)

Dalam OSPF terdapat beberapa type LSA yang bisa dikeluarkan…tergantung kebutuhannya, Lets take a look at this map to explain my analogy

Anggeplah 1 pulau itu 1 area..

Bagaimana agar mereka punya ID masing2 (router-ID)? LSA type 1

Bagaimana agar mereka (router) kenal satu sama lain di satu pulau yang sama (Network)? LSA type 2

Bagaimana agar pulau jawa tau mereka punya channel ke pulau Sumatra (Summary)? LSA type 3

Bagaimana agar pulau jawa tau bahwa mereka punya external link via Sumatra (Summary ASB)? LSA type 4

Bagaimana agar pulau Sumatra tau mereka punya external link ke singapur trus ngasi tau ke pulau jawa (AS External)? LSA type 5

Bagaimana agar setiap pulau punya jalur sendiri untuk mengirim barang secara serentak (multicast)? LSA type 6

Dan bagaimana agar pulau jawa tau bahwa mereka punya external link tanpa perlu mengetahui semua rute di Sumatra (NSSA)? LSA type 7

Satu lagi, bagaimana agar setiap pulau tau bahwa mereka bisa pake pesawat terbang bukan mobil atau kapal (IPv6)? LSA type 8

So…LSA akan dibuat tergantung kebutuhan, notice…semenjak ada PIM (protocol independent multicast) dan IPv6, M-OSPF alias LSA type 6 ga kepake lagi

Untuk IS-IS klo dijelasin kepanjangan disini, link artikel gue tentang IS-IS

—————————————————————

Special Mention

Path Vector

There’s only 1 protocol exist…BGP (Border Gateway Protocol), previously…there is EGP (emang gua pikirin *ehem* Exterior Gateway Protocol)

Mostly exist in Service Provider (but not limited to)

RIP, OSPF, EIGRP, and IS-IS are called IGP (Interior Gateway Protocol)

What is the common thing between those protocols? Klo uda “sepakat” ke suatu link (kek mau ke Link A lewat LAMBAT.NET)…semua pasti lewat sana, dan LAMBAT.NET pasti akan kasi ke PUTUS NYAMBUNG.NET langsung karena metric/jarak nya lebih kecil daripada harus belok dulu ke MUKE GILE.NET

Nah, BGP disebut path vector protocol karena path traffic-nya bisa kita “arahin” sesuai keinginan kita…segala macam routing policy yang tidak bisa diterapkan di IGP (contohnya Filtering Route yang tidak flexible) bisa diterapkan di BGP

That’s the BGP in a nutshell (to make this article short enough)

Advanced Distance Vector

Satu2nya yang menyandang predikat ini adalah EIGRP (enhanced interior gateway routing protocol)

That backup route system is called DUAL (Diffusing Update Algorithm), here’s how its work

  • R1 to R5 via R2 is 10 (4 + 6)…R2 the shortest route
  • R1 to R5 via R3 is 16 (11 + 5)
  • R1 to R5 via R4 is 15 (4 + 11)

EIGRP called shortest route a.k.a main route the Successor, and the backup link is Feasible Successor

In order to be Feasible Successor…EIGRP has a formula

Advertised distance (reported from neighbor) value must be lower than Successor value

So, if Successor value is 10 (via R2), then…

  • R3 to R5 is 5…R3 is the backup link
  • R4 to R5 is 11

While OSPF has mapping of whole area routers (which is good in term of finding best route), EIGRP still has to trust neighboring routers about topology (typical Distance Vector, which OSPF bad in term of memory processing)

Why R3 has to be the backup link, when the calculation is like this

  • R1-R3-R5 = 16
  • R1-R4-R5 = 15..this should be the backup route, but no, right?

So…EIGRP can fight well comparing with OSPF in memory and processing, BUT not in term of algorithm provided for finding best route and alternative route

———————————

Well, that’s it folks…hope you understand this article and see you soon

My other article

Penjelasan tentang OSPF

Penjelasan tentang LSA

Penjelasan tentang BGP

Penjelasan tentang EIGRP

Penjelasan tentang IS-IS

Penjelasan tentang Routing Protocol

Penjelasan tentang Distance Vector

Penjelasan tentang Link-State

Penjelasan tentang Multicast

Older Entries